Bagi anak SMA diskusi serius sangat jauh dari menarik. Tapi kemudian aku dan beberapa sahabatku senang sekali diskusi yang serius. Lalu kami tak menarik?! Hahaha logika yang lemah. Singkatnya hobi diskusi dan berpikir liar seperti menemukan tempat peraduannya di Yogyakarta, kota yang tak pernah kuimpikan saat SMA, dan ternyata aku kuliah juga di sana.
Kisah ini bermula dari diskusi ringan, nongkrong ringan, minuman ringan, di sebuah pondok tepi sungai, remang dan tenang. Berteman anak-anak kecoa (kecoa merupakan binatang yang paling kuat dan susah mati) seperti mereka sungguh kenangan terindah. Jujur saja, jika aku seperti seorang khalifah, penguasa, di program studiku, namun berhadapan dengan mereka aku seperti anak SD yang haus belajar dan berpikir.
Seorang teman bernama Buruh, mengajukan sebuah pernyataan dasyat “bahwa tidak ada jatuh cinta pada pandangan pertama”, kemudian lanjutnya “yang ada jatuh birahi!”. Kontak kamipun tertegun, diam, dan berpikir. Ada beberapa teman perempuan yang ingin menyanggah, mungkin saja mereka tersinggung dengan masalah feel yang indah dan romantis itu.
Kamipun berpikir, kemudian tertawa serempak, dan menyetujui.
Bagaimana mungkin ada seseorang yang mengatakan “aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama.” Kenal aja belum, karakter saja belum tahu, jelas orang itu hanya menipu mangsanya.
Jelas, setelah diskusi itu aku menjadi semakin menyadari, bahwa bila aku menyukai perempuan tentu saja karena penampilan luarnya dulu. Ini harus jujur aku (dan kemudian kita) sadari. Penampilan luar bisa dilihat dari bentuk fisik, bahkan suara, aroma, sikap alami (refleks). Namun, ini tak dapat dikatakan sebagai jatuh cinta, karena hanya tertarik berdasarkan penilaian fisik (yang tidak netral, tidak subyektif, karena pengaruh alam bawah sadar dan nilai bentukan lingkungan maupun media). Ini menurut Buruh adalah “Jatuh Birahi”, daya tarik yang tercipta karena masalah biologis ilmiah (seksualitas, hormon) yang digerakkan akal yang tak netral tadi.
Nah, bagaimana dengan cinta?
Hahaha… sulit untuk menjawab.
Hanya saya tak ingin hanya jatuh birahi, klo hanya mengharap jatuh birahi masa menopause akan sulit dihadapi. Ya, perlu lebih dari sekedar jatuh birahi. Walaupun jatuh birahi memang benar2 ada.
Tak usah mengingkari atau malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar